56 Persen Rumah di Gaza Hancur dan Rusak Akibat Serangan Israel

56 Persen Rumah di Gaza Hancur dan Rusak Akibat Serangan Israel

NewsINH, Gaza – Pelapor khusus PBB mengenai situasi hak asasi manusia (HAM) di wilayah Palestina yang diduduki, Francesca Albanese, mengatakan kelaparan dan kurangnya fasilitas permukiman akibat kehancuran yang disebabkan serangan Israel di Gaza semakin memperkuat tuduhan genosida oleh Israel. Melalui unggahan di platform X pada Rabu (10/1/2024), Albanese menyebut 45 persen penduduk Gaza mengalami kelaparan parah.

“Di beberapa daerah, sembilan dari 10 keluarga hidup 24 jam tanpa makanan. Ini memperburuk tuduhan genosida, karena kehancuran fisik dapat dilakukan melalui kelaparan (ICTR),” ujar dia.

Albanese mempertanyakan klaim Israel bahwa jumlah orang yang menderita kelaparan parah disebut “berlebihan” dan mengapa media dan pemantau HAM tidak bisa memasuki Gaza. Sementara itu, mengenai situasi perumahan, Balakrishnan Rajagopal, pelapor khusus PBB mengenai hak atas perumahan, mengatakan bahwa sekitar 56 persen rumah di Gaza hancur atau rusak.

“Gaza Utara paling terkena dampaknya, hingga 82 persen permukiman hancur atau rusak,” kata Rajagopal, juga melalui X.

Dia mendorong Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk mempertimbangkan fakta ini sebagai bukti genosida jika digabungkan dengan gugatan publik yang diajukan sebelumnya oleh Afrika Selatan.

Afrika Selatan mengajukan gugatan pada 29 Desember 2023, dengan mengklaim bahwa Israel melanggar Konvensi PBB tahun 1948 tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida terkait tindakan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Afrika Selatan meminta perintah pengadilan atas dugaan genosida ini. Turki, Bolivia, Yordania, dan Malaysia termasuk negara yang telah memberikan isyarat dukungan terhadap kasus ini.

Israel telah menggempur Gaza sejak serangan lintas batas dilancarkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023. Serangan Israel membuat gugur sedikitnya 23.357 warga Palestina dan melukai 59.410 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Israel mengerahkan kekuatan militernya di Gaza setelah Hamas menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dalam serangan 7 Oktober. Sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi, sementara semuanya berada dalam kondisi rawan pangan, menurut PBB.

Ratusan ribu orang hidup tanpa tempat berlindung. Sementara itu, truk pembawa bantuan yang memasuki Gaza jauh berkurang dibandingkan masa sebelum konflik.

 

Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/s7373p414/kelaparan-dan-rusaknya-permukiman-bukti-kuat-genosida-oleh-israel-terhadap-warga-gaza

Minimnya Bantuan Kemanusiaan, Gaza Menghadapi Bencana Kerawanan Pangan Akut

Minimnya Bantuan Kemanusiaan, Gaza Menghadapi Bencana Kerawanan Pangan Akut

NewsINH, Gaza – Akibat agresi dan penjajahan Israel di bumi Gaza, Palestina. Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi tingkat krisis kelaparan dan risiko kelaparan meningkat setiap hari. Hal ini diliris dalam laporan PBB.

“Seluruh penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan, risiko kelaparan. Proporsi rumah tangga yang terkena dampak kerawanan pangan akut adalah yang terbesar yang pernah tercatat secara global,” kata laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) seperti dikutip dari Aljazeera, Jumat (22/12/2023).

Tingkat kelaparan di Gaza bahkan telah melampaui kelaparan yang hampir terjadi di Afghanistan dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir, menurut angka-angka dalam laporan tersebut.

“Semua orang di Gaza kelaparan, keadaannya tidak menjadi lebih baik, saya belum pernah melihat sesuatu sebesar yang terjadi di Gaza dan secepat ini betapa cepatnya hal itu terjadi hanya dalam waktu dua bulan.”” kata kepala ekonom Program Pangan Dunia, Arif Husain.

Laporan yang dibuat oleh 23 lembaga PBB dan non-pemerintah menemukan bahwa seluruh penduduk di Gaza berada dalam krisis pangan dengan 576.600 orang berada pada tingkat bencana atau kelaparan.

“Ini adalah situasi dimana hampir semua orang di Gaza kelaparan, orang-orang sangat, sangat dekat dengan wabah penyakit dalam jumlah besar karena sistem kekebalan tubuh mereka menjadi sangat lemah karena mereka tidak mendapatkan cukup makanan,” kata Husain..

Laporan tersebut mengatakan setiap orang di Gaza diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi dalam enam minggu ke depan.

Ke-23 lembaga tersebut memperkirakan bahwa dalam skenario yang paling mungkin, seluruh penduduk Jalur Gaza akan berada pada tingkat kelaparan “krisis atau lebih buruk” pada tanggal 7 Februari setelah empat bulan perang. Berdasarkan lima fase klasifikasi kerawanan pangan IPC, krisis berada pada fase ketiga, keadaan darurat berada pada fase keempat, dan bencana alam atau kelaparan berada pada fase kelima.

“Ini merupakan jumlah tertinggi orang yang menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi yang pernah diklasifikasikan oleh inisiatif IPC untuk wilayah atau negara tertentu,” kata laporan tersebut.

Organisasi kemanusiaan internasional CARE menyoroti bahwa bencana kemalaparan saat ini sudah masuk batas “mengkhawatirkan” dimana risiko kelaparan sangat nyata. Situasi kemanusiaan di Gaza telah memburuk dengan cepat sejak Israel memulai operasi militer besar-besaran pada tanggal 7 Oktober dengan serangan udara besar-besaran dan serangan darat yang menghancurkan wilayah-wilayah kantong yang luas.

“Ada risiko kelaparan, dan hal ini semakin meningkat setiap harinya karena situasi permusuhan yang intens dan terbatasnya akses kemanusiaan saat ini terus berlanjut atau memburuk,” kata IPC untuk Gaza.

IPC menetapkan standar global untuk menentukan tingkat keparahan krisis pangan dengan menggunakan serangkaian kriteria teknis yang kompleks. Laporan tersebut memperingatkan bahwa risiko kelaparan “meningkat setiap hari”, dan menyalahkan kelaparan tersebut karena kurangnya bantuan yang masuk ke Gaza.

Truk-truk yang membawa bantuan dari Mesir telah mengirimkan sejumlah makanan, air dan obat-obatan, namun PBB mengatakan jumlah makanan tersebut hanya 10 persen dari apa yang dibutuhkan penduduk wilayah tersebut, yang sebagian besar adalah pengungsi.

Distribusi bantuan di Gaza terhambat oleh operasi militer, inspeksi bantuan yang diminta oleh Israel, pemadaman komunikasi dan kekurangan bahan bakar. Beberapa warga Palestina yang putus asa di Gaza telah melompat ke truk bantuan untuk mencoba mendapatkan pasokan makanan dan barang-barang lainnya yang langka. Ada laporan warga yang memakan daging keledai dan pasien kurus yang meminta makanan.

Sementara itu, jumlah korban tewas akibat pemboman tanpa henti Israel di Gaza telah melampaui 20.000 orang, 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Sekitar 1,9 juta penduduk Gaza  lebih dari 80 persen populasi telah diusir dari rumah mereka. Lebih dari satu juta orang memadati tempat penampungan PBB.

Perang juga telah menyebabkan kehancuran sektor kesehatan di Gaza. Hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi sebagian dan semuanya berlokasi di wilayah selatan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis kemarin.

 

Sumber: Aljazeera

Israel “Bandel” Masih Serang Rumah Sakit dan Warga Sipil di Gaza

Israel “Bandel” Masih Serang Rumah Sakit dan Warga Sipil di Gaza

NewsINH, Gaza – Meskipun adanya seruan gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan di Gaza, Palestina pertempuran sengit dan penyerangan secara masif masih dilakukan militer zionis Israel. Tak tanggung-tangung mereka menargetkan serangan ke rumah sakit dan warga sipil di Gaza.

Serangan udara Israel pada hari Minggu dan Senin awal pekan ini masih fokus pada rumah sakit dan lingkungan sipil di daerah kantong tersebut, sebuah taktik yang hanya mendorong seruan lebih lanjut dari seluruh dunia untuk gencatan senjata di wilayah Palestina yang terkepung ketika jumlah korban sipil meningkat.

Korban massal dilaporkan menyusul serangan di kamp pengungsi Jabalia dan Nuseirat. Tembakan artileri Israel menargetkan beberapa tempat tinggal di lingkungan Shujayea, Tuffah dan Daraj di Kota Gaza.

Penembakan terus menerus dilaporkan terjadi di pintu masuk Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza. Setidaknya 26 warga Palestina meninggal dunia dalam serangan terhadap rumah sakit tersebut.

Kompleks Medis Nasser di Khan Younis di Gaza selatan telah berulang kali menjadi sasaran selama 48 jam terakhir. Sebuah tembakan tank Israel menghantam gedung bersalin pada hari Minggu kemarin, menewaskan seorang gadis berusia 13 tahun, bernama Dina Abu Mehsen, dan melukai beberapa lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Sebuah bom jatuh di dekat gedung tetapi tidak meledak, menyebabkan kepanikan besar dan melukai tiga orang, menurut Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Rafah.

Dalam sebuah pernyataannya, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengecam Israel karena mencoba “menghilangkan” sektor kesehatan di wilayah kantong yang terkepung itu.

“Apa yang dilakukan pendudukan adalah bagian dari skenario yang dimulai di Gaza utara dari kompleks Shifa,” kata Ashraf.

Menurutnya, Israel menargetkan Kompleks Medis Nasser adalah bagian dari kebijakan pendudukan untuk menghilangkan sektor kesehatan dan akan menjatuhkan sistem kesehatan di Jalur Gaza selatan.

Perang Gaza yang paling mematikan dimulai dengan serangan oleh Hamas, yang menguasai daerah kantong tersebut, pada tanggal 7 Oktober, ketika kelompok pejuang kemerdekaan Palestina tersebut menewaskan 1.139 orang dan menculik sekitar 250 orang baik orang Israel maupun warga asing.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 18.800 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, meninggal dalam serangan bersenjata Israel di Gaza. Dikatakan lebih dari 100 orang tewas dalam serangan Israel pada hari Minggu, sementara puluhan lainnya dilaporkan tewas sejauh ini pada hari Senin.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan situasi di Rumah Sakit al-Shifa yang pernah menjadi landasan sistem layanan kesehatan di wilayah tersebut  sebagai “pertumpahan darah” ketika ratusan pasien yang terluka berlindung di dalam rumah dan pasien baru datang setiap menitnya.

Badan PBB tersebut mengatakan rumah sakit tersebut, yang ditempati oleh pasukan Israel pada awal perang, hanya menyediakan stabilisasi trauma dasar, tidak memiliki darah untuk transfusi dan hampir tidak ada staf yang merawat pasien yang terus mengalir, setelah kunjungan untuk mengantarkan obat-obatan. dan perlengkapan bedah ke fasilitas tersebut.

Dr Rana Hajjeh, dari kantor WHO di Kairo, mengatakan apa yang mereka lihat adalah pemandangan yang benar-benar horor. Pasien yang terluka berserakan di lantai, mereka dijahit di lantai. Tempat tidur atau usungan tidak mencukupi. Tidak ada obat pereda nyeri. Mereka pada dasarnya hanya mengeluarkan darah di lantai.

“Ribuan pengungsi menggunakan gedung dan pekarangan rumah sakit sebagai tempat berlindung selama kekurangan air dan makanan,” kata Hajjeh. (***)

 

Sumber: Al Jazeera

Biadab..!!!, Israel Kubur Warga Palestina Hidup-hidup

Biadab..!!!, Israel Kubur Warga Palestina Hidup-hidup

NewsINH, Gaza – Tindakan Israel sudah diluar batas kemanusiaan dengan adanya dugaan mengubur hidup-hidup warga Palestina di Jalur Gaza. Oleh karena itu, negeri zionis tersebut sudah sepatutnya diseret kepengadilan internasional untuk mempertanggung jawabkan atas kejahatan perang.

Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa Minggu (17/12/2023). Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila meminta penyelidikan internasional terhadap pasukan pendudukan Israel. Hal itu terkait tindakan Israel yang diduga mengubur warga Palestina hidup-hidup di halaman Rumah Sakit Kamal Adwan saat berlangsung serangan darat di Gaza bagian utara.

Dalam pernyataan perrnya Alkaila mengatakan informasi dan kesaksian para saksi mata, tim medis, dan media mengindikasikan bahwa pasukan pendudukan Israel telah mengubur warga Palestina hidup-hidup di halaman rumah sakit. Beberapa korban dilaporkan terlihat masih hidup sebelum dikepung tank Israel.

Alkaila meminta masyarakat internasional untuk mengambil tindakan serius untuk mengungkap rincian tragedi tersebut. Masyarakat internasional diserukan untuk tidak mengabaikan atau tetap diam mengenai laporan kejahatan perang yang terjadi di Jalur Gaza.

Lebih lanjut, Alkaila mengatakan bahwa pasukan Israel dengan sengaja memindahkan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan ke ruang terbuka dalam cuaca yang sangat-sangat dingin dan menyerang para petugas medis. Ini menjadi ancaman serius terhadap nyawa para korban luka dan pasien lain.

Alkaila menunjukkan bahwa militer Israel menghancurkan bagian selatan rumah sakit, dan masih ada 12 bayi di dalam inkubator yang berada dalam kondisi tanpa air ataupun makanan. Militer Israel dilaporkan mencegah evakuasi mereka, menurut kesaksian para petugas medis.

Hingga kini, Militer Zionis masih intens melakukan penyerangan baik udara, darat maupun laut di wilayah Jalur Gaza, korban meninggal dunia pun terus bertamba hingga mencapai 19 ribu lebih dari setengahnya merupakan anak-anak dan perempuan.

Bantuan kemanusiaan yang masuk kewilayah jalur Gaza juga tidak sebanding dengan jumlah pengungsi saat ini.  Pada hari biasa saja untuk memenihi kebutuhan logistik diwilayah yang terklebung ini rata-rata truk  pengangkut logistik yang masuk ke wilayah Gaza dari gerbang perbatasan Raffa jumlahnya sekitar 1.500 namun justru pada saat Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan saat penyerangan Israel jumlah tersebut kian berkurang alhasil, bencana kelaparan diwilayah tersebut tak bisa dielakan.

 

Sumber: Wafa 

 

Tangkap Ratusan Warga Sipil Palestina, Perlakuan Militer Israel Tak Beradap

Tangkap Ratusan Warga Sipil Palestina, Perlakuan Militer Israel Tak Beradap

NewsINH, Gaza –Militer Israel semakin tak bermoral dan sangat biadab mereka menangkap sekitar 100 warga sipil Palestina di Jalur Gaza bagian utara dengan perlakukan yang keji dan tidak manusia. Warga sipil Palestina ini ditelanjangi, diikat dan dipertontonkan.

Rekaman mengejutkan yang dibagikan oleh media Israel menunjukkan pasukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumpulkan sejumlah pria dan mengangkut mereka dengan truk.

Orang-orang tersebut diduga menyerahkan diri di kamp pengungsi Jabalia dan daerah lain di sekitar Gaza utara, dan media Israel Walla mengatakan mereka ditelanjangi. Alasannya, memastikan mereka tidak membawa senjata.

Mereka kemudian diarak melalui Lapangan Palestina di Kota Gaza, dengan sepatu dan sandal berserakan di jalan dalam satu gambar menunjukkan saat para warga tersebut dipermalukan di depan umum.

Ketika ditanya tentang gambar tersebut, juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari sepertinya membenarkan bahwa orang-orang tersebut telah ditawan namun tidak menjelaskan apakah mereka yang difoto adalah anggota pejuang Palestina Hamas atau warga sipil.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan pasukan Israel telah menahan dan menginterogasi ratusan orang di Gaza yang dicurigai memiliki hubungan dengan militan.

“’Mereka bersembunyi di bawah tanah dan keluar. Siapa pun yang tersisa di wilayah tersebut, mereka keluar dari terowongan, dan beberapa dari bangunan, dan kami menyelidiki siapa yang terkait dengan Hamas, dan siapa yang tidak. Kami menangkap mereka semua dan menginterogasi mereka,” jelasnya dikutip dari Daily Mail. (***)

 

 

Biadab..!!!, Pejabat Israel Seruhkan Kubur Hidup-hidup Warga Pelestina

Biadab..!!!, Pejabat Israel Seruhkan Kubur Hidup-hidup Warga Pelestina

NewsINH, Al Quds – Wakil Wali Kota Yerusalem Arieh King menyerukan penguburan hidup-hidup puluhan warga sipil Palestina yang ia gambarkan sebagai makhluk yang tidak manusiawi. King juga menyebut orang-orang tak bersenjata, yang secara sewenang-wenang ditangkap dari rumah mereka di Gaza oleh tentara Israel pada hari Kamis (7/12/2023) sebagai “Muslim Nazi”.

“Kita harus mengambil langkah lebih cepat,” katanya di platform media sosial X, mengacu pada ‘penghapusan’ warga Palestina oleh tentara Israel.

King menambahkan bahwa jika kewenangan tersebut diserahkan ke dirinya, dia akan menggunakan buldoser lapis baja D-9 untuk mengubur orang-orang itu hidup-hidup.

“Mereka bukan manusia dan bahkan bukan manusia hewan, mereka tidak manusiawi dan itulah bagaimana mereka harus diperlakukan,” kata King seperti dilansir Middle East Eye, Jumat (8/12/2023).

Sebelumnya diberitakan puluhan orang ditangkap oleh tentara Israel di daerah-daerah di Gaza utara, termasuk koresponden The New Arab, Al Araby Al Jadeed. Pasukan Israel menanggalkan pakaian mereka sebelum menahan dan membawa mereka ke lokasi yang dirahasiakan.

Laporan tersebut muncul seusai beredar video rekamanan yang menunjukkan kejadian tersebut pada Kamis (7/12/2023). Rekaman yang dipublikasikan di halaman dan media Telegram Israel menunjukkan, puluhan pria ditangkap, dengan pakaian dilucuti, mata ditutup, dan tangan diikat.

Beberapa video menunjukkan mereka berada di kawasan perumahan sebelum dimuat ke truk. Foto lain menunjukkan mereka berbaris di area terbuka berpasir. Tidak jelas ke mana mereka dibawa dan militer Israel tidak segera mengomentari penangkapan massal tersebut.

Beberapa media Israel mengatakan, orang-orang tersebut “kemungkinan” adalah anggota Hamas, tetapi tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan. Anggota biro politik Hamas Osama Hamdan membantah telah terjadi penangkapan massal terhadap anggota kelompok tersebut dan menyamakan penangkapan tersebut dengan kamp konsentrasi Nazi. (***)

 

Sumber: https://internasional.republika.co.id/berita/s5crtg383/pejabat-israel-serukan-agar-warga-sipil-palestina-dikubur-hiduphidup

 

Innalillahi, Korban Meninggal Perang di Gaza Capai 15.900 Jiwa

Innalillahi, Korban Meninggal Perang di Gaza Capai 15.900 Jiwa

NewsINH, Gaza – Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 15.900 orang termasuk petugas medis tewas di Gaza sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Jumlah korban tewas naik dengan stabil meski masyarakat internasional meminta pasukan Israel mengurangi serangan ke warga sipil.

Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan jumlah korban tewas naik dengan stabil. Israel menggelar operasi militer terbaru pada 1 Desember lalu setelah perundingan gencatan senjata dengan Hamas yang sempat digelar beberapa hari mengalami kegagalan.

Berdasarkan laporan kementerian kesehatan lebih dari 40.900 orang di Gaza terluka dalam serangan udara Israel. Al-Kaila mengatakan serangan udara Israel menghantam fasilitas-fasilitas kesehatan dan rumah sakit.

Ia menambahkan pasukan Israel juga menahan 30 petugas medis dalam serangan balasannya terhadap serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Israel mengklaim serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.200 orang.

Dalam pengarahan yang diberikan pada Selasa (5/12/2023) al-Kaila mengatakan layanan kesehatan Gaza dalam situasi “bencana.” Pernyataan ini senada dengan yang disampaikan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Gaza.

Sejak Jumat (1/12/2023) lalu Israel memfokuskan serangannya di selatan pemukiman padat penduduk itu. Ketika perundingan gencatan senjata gagal. Kini tinggal lima rumah sakit yang beroperasi dalam kapasitas minimum dan hanya memiliki 1.300 ranjang

Al-Kaila mengatakan di daerah pendudukan Tepi Barat sudah 260 orang tewas dan 3.200 terluka sejak kekerasan melonjak tajam usai perang di Gaza pecah.

 

Sumber: Republika

 

Dampak Agresi Israel, PBB:  1,5 Juta Penduduk Gaza Mengungsi

Dampak Agresi Israel, PBB: 1,5 Juta Penduduk Gaza Mengungsi

NewsINH, Gaza – Perang dan genosida Israel di Jalur Gaza, Palestina mengakibatkan penderitaan semakin panjang bagi jutaan warga Palestina. Pasalnya, dari 2,3 juta populasi penduduk Palestina di Jalur Gaza, 1,5 juta orang saat ini menjadi pengungsi.

Mereka mencari tempat perlindungan yang aman dari serangan rudal Israel, seperti sekolah-sekolah milik PBB maupun rumah sakit dan tenda-tenda darurat yang didirikan dengan sangat sederhana.

“Saat ini ada 1,5 juta orang menjadi pengungsi internal di Gaza dari total populasi 2,3 juta jiwa,” kata badan PBB urusan pengungsian di Palestina seperti dikutip dari Aljazeera, Senin (6/11/2023).

Pemogokan dan pengungsian terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Tepi Barat yang diduduki pada hari Minggu.

Blinken menegaskan kembali posisi Washington yang menyerukan “jeda kemanusiaan” di Gaza untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan warga negara asing untuk pergi sambil “masih memungkinkan Israel mencapai tujuannya” untuk mengalahkan pasukan pejuang kemerdekaan Palestina yakni Hamas.

Baik Mesir maupun Yordania mengecam sikap tersebut secara terbuka pada konferensi pers pada hari Sabtu, dan malah menyerukan gencatan senjata segera yang sejalan dengan sikap para pemimpin lain di wilayah tersebut.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak gagasan untuk menghentikan serangan tersebut, mengabaikan seruan dan protes di seluruh dunia.

“Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya sandera kami, kami mengatakan hal ini kepada musuh dan teman kami. Kami akan terus melanjutkan sampai kami mengalahkan mereka,” kata Netanyahu kepada awak udara dan darat di Pangkalan Angkatan Udara Ramon di Israel selatan pada hari Minggu.

Israel mengatakan pihaknya menargetkan pejuang dan aset Hamas, menuduh kelompok tersebut menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Kritikus mengatakan serangan Israel tidak proporsional, mengingat banyaknya warga sipil yang tewas.

Sumber: Aljazeera

Krisis Kemanusiaan Mengancam Warga Palestina di Jalur Gaza

Krisis Kemanusiaan Mengancam Warga Palestina di Jalur Gaza

NewsINH, Gaza – Hampir sepekan pertempuran pasukan kemerdekaan Palestina dan militer Israel berlangsung sejak Sabtu (7/10/2023) kemarin, belum ada tanda-tanda akan adanya genjatan senjata kedua belah pihak. Korban perang pun terus berjatuhan baik dari pihak warga sipil Palestina maupun bihak Israel.

Berbeda dengan pihak Israel, jutaan warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza kini mulai mengalami ancaman bencana kemanusiaan. Pasalnya, pasokan air, listrik dan distribusi logistik telah dipustus untuk masuk ke wilayah yang telah di blokade belas tahun tersebut.

Ratusan ribu penduduk Gaza, Palestina mulai meninggalkan rumah dan harta bendanya untuk mencari tempat perlindungan dan mengungsi di tempat-tempat yang dinilai lebih aman.

Gejolak konflik intens selama tiga hari antara Israel-Palestina membuat situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk.

Rabu (11/10/2023) seorang ibu terlihat memeluk putrinya di Gaza. Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk setelah gejolak serangan terbaru terjadi di wilayah tersebut. Kepala Rumah Sakit Shifa di kota Gaza mengatakan bahwa warga yang terluka terus berdatangan “setiap menitnya”.

Dilansir dari AFP, jet-jet tempur Israel melancarkan serangan udara terhadap Universitas Islam di Gaza, yang disebut-sebut terkait dengan kelompok jaringan Hamas. Beberapa gedung yang ada di kompleks universitas itu dilaporkan hancur akibat serangan udara Israel

“Gempuran terhadap Universitas Islam di Gaza City itu terjadi pada Rabu, ketika Israel terus melanjutkan serangan udaranya, rudal mereka telah menghancurkan seluruh bangunan Universitas Islam,” ucap Ahmed Orabi dari manajemen universitas tersebut kepada AFP.

“Tidak ada yang bisa memasukinya karena ada kebakaran, dan bebatuan, serta puing-puing berserakan di jalanan sekitar universitas,” imbuhnya.

Laporan koresponden AFP menyebut bahwa kepulan awan debu yang tebal menjulang ke udara saat bangunan-bangunan di kompleks universitas itu runtuh.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant memerintahkan ‘pengepungan total’ terhadap wilayah Jalur Gaza setelah serangan besar-besaran pasukan pejuang kemerdekaan Palestina Hamas melanda Israel pada akhir pekan kemarin. Pasokan listrik dan makanan ke Jalur Gaza akan diputus selama pengepungan terjadi.

“Kami melakukan pengepungan total terhadap Gaza,” ucap Gallant dalam pernyataan video, seperti dilansir AFP, Senin (9/10/2023).

“Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas semuanya ditutup,” tegasnya.

Pengepungan total itu berarti akan menambah penderitaan bagi 2,3 juta warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza, yang telah diblokade oleh Israel selama bertahun-tahun.(***)

 

Cari Perlindungan, Ratusan Ribu Warga Palestina di Gaza Mengungsi

Cari Perlindungan, Ratusan Ribu Warga Palestina di Gaza Mengungsi

NewsINH, Gaza – Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan lebih dari 263 ribu orang terpaksa meninggalkan rumahnya di Jalur Gaza di tengah perang kelompok  pejuang kemerdekaan Palestina Hamas dan Militer Israel.

Angka ini, kata OCHA, diperkirakan akan terus bertambah seiring terus terjadinya perang di antara kedua belah pihak tersebut.

“Lebih dari 263.934 orang di Gaza dipercaya telah meninggalkan rumah mereka,” kata pernyataan dari OCHA, seperti diberitakan AFP, Rabu (11/10/2023).

Berdasarkan data yang dihimpun Agensi pekerjaan dan Pemulihan (UNRWA), dari 260 ribu orang itu, terdapat 175.500 yang mengevakuasi ke 88 sekolah yang dikelola oleh badan PBB tersebut.

Sedangkan lebih dari 14.500 mencari perlindungan di 12 sekolah negeri, dan 74 ribu lainnya tinggal sementara bersama kerabat, tetangga, atau di gereja dan fasilitas rumah ibadah lainnya.

“Memenuhi kebutuhan pokok menjadi sangat menantang bagi orang-orang yang belum mengungsi,” ujar pernyataan OCHA.

Perang antara pasukan kemerdekaan Palestina Hamas dan Israel memasuki hari kelima. Jumlah korban meninggal dunia tercatat mencapai 2.100 orang dan korban luka terus bertambah.

Dari angka tersebut, korban tewas dari pihak Israel mencapai 1.200 orang. Sementara di warga Palestina yang meninggal dunia sebanyak 900 orang termasuk ratusan anak-anak, wanita pria dewasa dan orang tua.

Berdasarkan data Pasukan Pertahanan Israel (IDF), lebih dari 2.800 orang terluka imbas serangan Hamas. Sementara Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 4.600 orang terluka dalam serangan Israel.

Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza usai pasukan Hamas menyerbu kota-kota di Israel dalam serangan tak terduga dari berbagai sisi pada Sabtu (7/10/2023) yang lalu.

Hamas mengklaim serangan dengan sebutan Operasi Badai Al Aqsa itu guna mengakhiri pendudukan terakhir di bumi para nabi.

Pasukan Israel tak tinggal diam dan membalas serangan Hamas dengan melancarkan Operasi Pedang Besi. Operasi Israel ini menargetkan infrastruktur Hamas yang ada di Jalur Gaza.

Aksi saling serang ini disebut-sebut yang paling mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur pada 1973 silam. (***)